SKENARIO
Seorang ibu membawa anak perempuannya ke RS karena
demam dan rewel sejak satu hari terakhir
pada tanggal 2 September
2009. Identitas anak lahir tanggal 15
Mei 2009, ditolong oleh Bidan, bayi lahir dengan pernafasan mengap-mengap,
tonus lemah, BB 3500 gr, PB 50 cm, LK 34 cm . Pada pemeriksaan BB 5100 gram, PB
55 cm, LK 38 cm. Menurut ibu BB dua bulan lalu berturut-turut 4500 gram dan
4800 gram. Ibu memberi ASI saja dan anak jarang muntah. Saat ini ibu berencana
merencanakan memberikan buah pisang selain ASI. Anak sudah bisa tertawa, dan
menoleh kearah sumber suara, kepala mulai tegak 30 derajat. Dirumah ada mainan
kerincingan, terakhir satu bulan lalu telah mendapat vaksinasi DPT-HB 2 Polio
2.
KATA/KALIMAT KUNCI
• Datang ke puskesmas
tanggal 2 September 2009 (usia sekarang 3
bulan 17 hari)
• Kelahiran tanggal 15 Mie
2009
• Saat lahir :
a.
pernafasan megap-megap
b.
tonus lemah
c.
BB = 3500 gram
d.
PB = 50 cm
e.
LK = 34 cm
• 2 bulan lalu BB
berturut-turut :
a.
BB = 4500 gram
b.
BB = 4800 gram
• Sekarang :
a.
BB = 5100 gram
b.
PB = 55 cm
c.
LK = 38 cm
d.
Nutrisi : ASI dan perencanaan pemberian buah pisang.
• Imunisasi :
Vaksinasi DPT – HB 2
Polio 2 sekitar satu bulan lalu.
• Perkembangan &
pertumbuhan:
- Anak sudah
bisa tertawa
- menoleh sumber
suara
- kepala mulai
tegak 30 derajat
• Faktor –faktor lain:
a.
Mainan : kerincingan.
PERTANYAAN
- Apa hubungan kondisi sekarang dengan riwayat kelahiran?
- Bagaimana pertumbuhan anak sejak lahir hingga sekarang?
- Bagaimana pengaruh vaksinasi terhadap tumbuh kembang anak?
- Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan?
- Bagaimana kebutuhan dasar bagi pertumbuhan optimal anak?
- Bagaimana status gizi anak sekarang?
- Bagaimana hubungan nutrisi anak dengan pertumbuhan dan perkembangan anak?
- Bagaimana penatalaksanaan pada anak?
Jawaban:
11.
Hubungan kondisi anak sekarang dengan riwayat kelahiran
Asfiksia neonatorum
a.
Definisi
Adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai
dengan hipoksia, hiperkania, dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang
terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan factor terpenting yang dapat
adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin.
Akibat dari asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang diberikan pada
bayi bertujuan uantuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
b.
Etiologi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum
terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu
kejanin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam
menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun
akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara menadaak
karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. Gangguan menahun dalam
kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia,
hiertensi, penyakit jantung, dan lain-lain.
Factor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak
dan hampir selalu
mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia bayi.
Factor-faktor ini antara lain :
·
Faktor dari pihak janin misalnya gangguan aliran darah dalam
tali pusat atau depresi penafasan karna obat-obat anastesia yang dikonsumsi
ibu.
·
Faktor dari pihaak ibu misalnya gangguan his atau hipotensi
mendadak.
c.
Gangguan homeostasis
Perubahan pertukaran gas dan transport oksigenselama
kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh yang
selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan ini dapat ringan
serta sementara atau menetap, tergantung dari perubahan homeostasis yang
terdapat pada janin.
Pada tingkat permulaan gangguan pertukaran gas
transport O2 mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Bila
gangguan berlanjut, dalam tubuh terjadi
metabolismus asidosis anaerobic. Proses ini berupa glikolisis glikogen tubuh,
sehingga sumber-sumber glikogen tubuh terutama dalam jantung dan hati
berkurang. Asam-asam organic yang dihasilkan akibat metabolismus ini akan
menyebabkan terjadinya asidosis metabolic. Pada tingkat lebih lanjut terjadi
gangguan kardiovaskular yang disebabkan oleh
ü Kerja jantung yang
terganggu akibat dipakainya simpanan glikogen dalam jaringan jantung.
ü Asidosis metabolic yang
mengganggu fungsi sel-sel jantung, dan
ü Gangguan peredaran darah
ke paru-paru karena tetap tinginya pulmonary
vasvular resistency.
Asidosis dan gangguan kardiovaskular ini mempunyai
akibat buruk terhadap sel-sel otak dan dapat menyebabkan kematian anak atau timbulnya
gejala-gejala lanjut apada anak yang hidup.
22.
Screening pertumbuhan dan perkembangan anak
jika dilihat
dari segi usia menurut persentil 90 Denver II, bayi dengan usia 3 bulan 17 hari seharusnya telah
bisa :
a.
Aspek motorik halus
Telapak tangan terbuka
b.
Aspek visual
Fiksasi pandang
saat lahir dan mengikuti benda melalui garis tengah pada usia 2 bulan
c.
Aspek komunikasi
Tertawa
Ukuran tubuh
ü Berat badan
Saat lahir : 3500 g
Sekarang : 5100 g
Seharusnya pd usia 3 bulan 17 hari, BB = 6540 kg perhitungan dengan mengambil niali tengah. Atau jika kita
menghitung nilai minimal berat badan yang harus dicapai, maka :
O bulan BB 3500 gr
Bulan 1= 4500
Bulan 2 =4800
Bulan 3 =5100, 3 bulan
samadengan 90 hari,
90 hari x 30 gr = 2700 , 600/ 30
x 17 = 340 gr
Jadi, Harusnya bayi tersebut
memiliki BB minimal :
3500gr + 2700 gr + 340 gr = 6540 gr. Jadi berat badan
pada anak itu kurang yaitu
5100 seharusnya 6540 pada umur 3 bulan 17 hari.
ü Tinggi badan/panjang badan
Saat lahir : 50 cm
Sekarang : 55 cm
Seharusnya
pada usia 3 bulan
PB/TB = , maka:
Trimester I
: 2,8 x 3 = 8,4 cm
Ketetapan : 2,8-4,4 cm/bulan
Timester II
: 1,9 x ½ = 0.95 cm
Ketetapan : 1,9-2,6cm/bulan
Jadi : 8.4 + 0.95 + 9.35 + 5.0 = 59.35 cm
Brarti PB pada anak kurang.
ü Lingkar kepala
Saat lahir : 34 cm
Sekarang : 38 cm
Pertumbuhan ukuran tubuh yang tidak optimal:
Menurut kami, di lihat dari segi BB, PB
dan LK pertumbuhannya tidak optimal sebab untuk BB, beratnya tidak mencapai
batas normal yang seharusnya. Untuk LK, anak dapat di golongkan menderita
mikrosefali sebab dilihat dari kurva pertumbuhan LK, hasil menunjukkan berada di bawah garis kurva
mikrosefali (-2), sedangkan untuk PB menunjukkan hasil yang kurang.
13.
Pengaruh vaksinasi terhadap tumbuh kembang
Berikut lima jenis vaksin yang wajib diberikan pada
bayi/balita :
1.
Vaksin BCG (Bacillus
Calmette-Guerin). Berupa bakteri tuberculosis bacillus yang telah dilemahkan yang
digunakan untuk mencegah penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG terbukti 80%
efektif mencegah TBC selama 15 tahun, namun efeknya bergantung pada keadaan
geografis. Imunisasi BCG hanya dilakukan sekali yakni ketika bayi berusia 0-11
bulan.
2.
Vaksin DPT/DTP. Merupakan
campuran dari tiga vaksin yang diberikan untuk memberikan kekebalan pada tubuh
terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin ini diberikan tiga
kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan jarak waktu antar pemberian minimal
empat minggu. Kemudian diberikan lagi pada umur 18 bulan dan 5 tahun.
3.
Vaksin polio. Dibuat dari
poliovirus yang dilemahkan. Biasanya diberikan kepada anak-anak dengan
meneteskannya ke dalam mulut untuk mencegah terjadinya penularan virus polio
dari lingkungan. Imunisasi pertama kali dilakukan setelah bayi lahir,
dilanjutkan pada usia 2, 4, 6, dan 18 bulan. Yang terakhir, vaksin polio
diberikan saat berumur 4 hingga 6 tahun. Vaksin polio dapat dikombinasikan
dengan vaksin DPT.
4.
Vaksin campak. Penyakit campak
hanya menyerang satu kali dalam seumur hidup. Imunisasi ini dilakukan satu kali
pada bayi usia 9-11 bulan dengan disuntik pada bagian lengan atas.
5.
Vaksin Hepatitis B. Karena
hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang paling berbahaya dan dapat
menyebabkan kematian, vaksin ini sangat penting untuk diberikan sebagai
pencegahan, mengingat hingga sekarang belum ditemukan obat untuk mengobati
orang yang telah terjangkit. Berupa virus yang dilemahkan dan biasanya
diberikan tak lama setelah bayi dilahirkan.
Jadwal pemberian vaksin menurut IDAI:
Dalam kasus, pasien berusia tiga bulan tujuh belas
hari dan
seharusnya telah diberi vaksin :
a.
BCG usia
0-11 bulan [3x] saat lahir
[1x], usia 1 bulan [1x], usia 2 bulan [1x]
b.
Hepatitis B [3 kali] → saat lahir [1x], bulan pertama [1x],
bulan 3-6 [1x]
c.
Polio [2 kali] → saat lahir [1x], bulan kedua[1x].
d.
DPT [1 kali] → usia 2 bulan [1x]
e.
Hib [1 kali] → usia 2 bulan [1x]
f.
Pneumokokkus [1 kali] → usia 2 bulan [1x]
Kenyataannya, pasien hanya mendapatkan imunisasi :
DPT – HB 2 Polio 2
Hubungan vaksinasi dengan
tumbuh kembang anak, secara tidak langsung dijabarkan sebagai berikut :
Anak yang pada masa kecilnya tidak diberi vaksinasi
yang adekuat oleh orang tuanya, akan rentan terhadap infeksi baik yang dari
luar maupun dari dalam. Factor infeksi inilah yang kemudian meninggalkan
kerusakan pada tubuh anak yang dapat bermanifestasi terhadap tumbuh kembang
anak. Anak bisa saja mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan motorik
kasar, motorik halus, intelegensia, maupun emosional misalnya bila terajadi
gangguan pada system saraf atau system muskuloskeletalnya.
14.
Factor –faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
a.
Faktor interen (heredokontitusional)
Gen yang terdapat di dalam
nucleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri
pada setiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini deikenal
sebagai hereditas. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe
tertentu dari dwarfisme adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah
diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karna konstitusi genetiknya dan
bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Sedangkan peranan genetic pada sifat
perkembangan mental masih merupakan hal yang masih diperdebatkan.
b.
Ekstrinsik
• Faktor prenatal
1.
Gizi (devisiensi vitamin, jodium dan lain). Dengan
menghilangkan vitamin tertentu dari dalam makanan binatang yang sedang hamil,
Warkany menemukan kelainan pada anak binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut
dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan vitamin tertentu. Telah dibuktikan
pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran
mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi
jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany dengan
mengatakan ‘The most serious congenital malformation is never to be
conceived at all”.
2. Mekanis (pita amniotic, ektopia, posisi fetus yang abnormal,
trauma, oligohidramnion). Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan
oligohidroamnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot,
mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin
terjadi pada masa kehidupan intrauterine akhir. Implantasi ovum yang salah,
yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat
gangguan pertumbuhan
3.
Toksin kimia. Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut
dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus,
distosis kranial
4. Endokrin (diabetes mellitus pada ibu, hormon yang dimakan,
umur tua dan lain-lain).Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes
mellitus sering menunjukkan kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan
hiperplasia adrenal. Hiperplasi pulau Langherhans akan mengakibatkan
hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan anak mongoloid dan kelainan lain
umumnya lebih tinggi dibandingkan umur ibu yang melahirkan anak normal. Ini
mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa endokrin dalam tubuh ibu yang
meningkat pada umur lanjut, walaupun faktor lain yang bukan endokrin juga ikut
berperan
5. Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain).Pemakaian
radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan
kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali.
Spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang
ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali,
retardsai mental, kelainan kongenital mata dan jantung
6.
Infeksi. Rubela (German measles) dan mungkin pula infeksi
virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat
mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu-tuli, mikrosefali,
retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Kongenital merupakan contoh
infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin hingga terjadi gangguan pertumbuhan
fisik dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali
kongenital atau mikrosefali dan retinitis
7.
Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus).
Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan
ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang
kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan
mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul
anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap
hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan
8.
Anoksia embrio (gangguan fungsu plasenta). Keadaan anoksia
pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu
• Faktor pascanatal
1. Gizi (masukan makanan
kualitatif dan kuantitatif). Termasuk dalam hal ini bahan pembangun tubuh yaitu
protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.
2. Penyakit (penyakit kronis
dan kelainan kongenital). Beberapa penyakit kronis seperti glumerulonefritis
kronik, tuberkulosis paru dan penyakit sesak dapat mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani. Hal yang sama juga dapat terjadi pada penderita kelainan
jantung bawaan.
3. Keadaan sosial-ekonomi.
Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak, jelas dapat terlihat
ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan keadaan sosial-ekonomi
yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi dari keluarga dengan
sosial-ekonomi yang cukup.
4. Musim. Di negeri yang
mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh berat badan dan tinggi.
Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan paling rendah pada musim gugur.
Sebaliknya penambahan berat badan terbesar terjadi pada musim gugur dan
terkecil pada musim semi.
5. Lain-lain.Banyak faktor
lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara
lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi, pendidikan, faktor psikologis dan
lain-lain.
Dalam kasus disebutkan
beberapa factor yang mungkin dapat mempengaruhi perkembangan bayi yang dapat
dijadikan acuan dalam pemecahan masalah namun setalh dicermati, kesemua
informasi yang didaptkan mengarah pada fektor-faktor pascanatal karna saat
lahir berat badan, panjang badan, serta lingkar kepala bayi dalam kondisi
normal, walaupun bayi lahir dalam kondisi asfiksia. Yang kami titik beratkan
disini adalah masalah pemenuhan gizi bayi yang tidak adekuat, serta peberian
ASI ekskusif yang tidak cukup.
ASI
Pada kasus diatas disebutkan bahwa anak tersebut hany
diberi ASI pada tiga bulan pertama kehidupannya, dan selanjutnya ia diberi susu
formula dan diberi makanan lunak. Jelas ini tidak boleh dilakukan mengingat ASI
ekslusif seharusnya diberikan sejak bayi lahir hingga 6 bulan pertama
kehidupanya. Ini karna ASI sangat penting bagi bayi. Tak hanya sebagai asupan
awal bagi bayi, tapi lebih dari itu, dengan pemberian ASI pada bayi, ikatan
emosional ibu dan anaknya akan terjalin erat, dan “transfer” sistam imun dari
ibu keanaknya akan berjalan baik.
Berikut
dijelaskan beberapa manfaat ASI :
Kualitas dan kuantitas
nutrisi yang optimal. ASI makhluk mamalia adalah spesifik spesies disesuaikan
dengan tumbuh kembang anaknya masing-masing. Jadi, susu kucing untuk anak
kucing, susu sapi untuk anak sapi. Selain itu, komposisi ASI setiap ibu berbeda
dan tidak tetap dari hari kehari. Ini disesuaikan dengan kebutuhan bayi untuk
tumbuh kembang hari ini. Oleh karena itu tidak ada satu haripun yang
komposisinya sama. Bahkan komposisi ASI isapan-isapan pertama tidak sama dengan
komposisi ASI isapan-isapan hari terakhir
b.
Anak lebih sehat. Saat lahir, anak dibekali
daya tahan tubuh dari ibu cukup banyak
c.
Menyusui dan perkembangan
kecerdasan. ASI eksklusif merupakan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas terbaik.
Masa lompatan pertumbuhan otak adalah 0-6 bulan, bahkan sampai 2 tahun. Jika
bayi mengalami kekurangan gizi berat pada masa ini, pengurangan jumlah sel otak
akan terjadi sebanyak 15%-20%. Berikut
ini fungsi spesifik zat gizi dalam ASI yang berperan dalam pembentukan otak :
1.
Lemak jenuh ikatan panjang (DHA dan AA) untuk pertumbuhan
otak dan retina
2.
Kolesterol untuk mielinisasi jaringan sara
3.
Taurin neurotransmitter inhibitor dan stabilisato membrane
4.
Laktosa untuk pertumbuhan otak
5.
Kolin untuk meningkatkan memori
6.
Mengandung lebih dari 100 macam enzim
Jika dibandingkan dengan ASI, susu formula justru
memiliki bahaya yang sedapat mungkin seharusnya dihindari. Berikut deretan
penyakit yang menigntai bayi susu formula.
a.
Infeksi saluran pencernaan (muntah, mencret)
b.
Infeksi saluran pernafasan
c.
Meningkatkan resiko alergi
d.
Meningkatkan resiko serangan asma
e.
Menurunkan perkembangan kecerdasa kognitif anak
f.
Meningkatkan resiko kegemukan
g.
Meningkatkan resiko terhada penyakit jantung dan pembuluh
darah
h.
Meningkatkan resiko kencing manis (diabetes)
i.
Meningkatkan resiko kanker pada anak
j.
Meningkatkan resiko penyakit menahun
k.
Meningkatkan resiko infesi telinga tengah
l.
Menigkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula
yang tercemar.
m. Meningkatkan resiko efek
samping zat pencemar lingkungan
n.
Menignkatkan resiko kurang gizi
o.
Menigkatkan resiko kematian.
5. Kebutuhan dasar bagi pertumbuhan
optimal anak
1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)
a.
Nutrient
Kebutuhan nutrient anak
sama sekali tak cukup. Anak usia 3 bulan seharusnya hanya mendapatkan ASI
hingga usia 6 bulan karna ASI lah nutrisi yang paling baik untuk usianya
tersebut
b.
Sandang
2. Kebutuhan kasih sayang /
emosi(asih)
a.
Kebutuhan akan kasih sayang
Salah satu bentuk kasih
saying ibu kepada anaknya dengan memberinya perhatian penuh serta memnuhi
segala kabutuhan anaknya seperti ASI. Seperti yang telah disbeutkan diatas, ASI
tak hanya memenuhi kebutuhan nutrisi awal anak, tapi juga akan memperat ikatan
emosi antara anak dan ibunya.
3. Kebutuhan latihan /
rangsangan / stimulasi (asah)
Yang
dirangsang :
sensorik, motorik, kognitif, komunikasi-bahasa, sosio-emosional, kemandirian,
kreativitas, kerjasama dan kepemimpinan, moral-spiritual
Dalam kasus,
disebutkan ibu lebih banyak diam sehingga stimulasi yang diterima anak juga
sangat terbatas dan menyebabkan keterlambatan pada ana padahal, kebutuhan akan
stimulasi sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Anak yang
sering diberi stimulasi seperti menagajaknya bicara, atau bermain akan
merangsang sinap-sianps di otaknya terhubung lebih cepat, sehingga kemampuan
anak terasah lebih cepat.
6.Penilaian
status gizi
Penilaian berat badan berdasarkan
usia
a.
Kms
Dari hasil analisi menggunakan KMS, didapatkan bahwa pertambahan BB pada anak ini normal
sebab masih berada pada garis hijau.
a.
Cdc
Sama halnya
dengan KMS diatas, hasil analisis dari versi CDC ini memberikan gambaran yang
sama, anak ini mengalami penurnan berat badan karna seiring pertambahan usia,
tidak diikuti pertambahan berat badan. Sebaliknya, garis pertumbuhan justru
mengarah kebawah (tidak mengikuti garis baku). Pertambahan bertat badan memang
ditemukan, tapi pertambahan berat badan ini tetap tidak dalam rentang garis
baku.
ac.
Penilaian kebutuhan
nutrisi
Maka :
1.
Nutrisi enteral
·
Nutritionals status :
BB/TB = 10/8,9 = 112,4 %
·
Requirement :
8.9
x 100 kcal/kg = 890 kcal
• Saat lahir :
a.
pernafasan megap-megap
b.
tonus lemah
c.
BB = 3000 gram
d.
PB = 49 cm
e.
LK = 35 cm
• 2 bulan sebelumnya dari
sekarang :
a.
BB = 6100 gram
b.
BB = 6300 gram
• Sekarang :
a.
BB = 6500 gram
b.
PB = 70 cm
c.
LK = 44 cm
1.
Hubungan nutrisi dengan pertumbuhan dan perkembangan anak
pada skenario
Kebutuhan
nutrisi yang diberikan oleh ibu sudah sesuai yaitu ASI eksklusif mulai dari 0-6
bulan. Namun, jika dilihat dari pertumbuhan berat badan bayi,sangat jauh dari
batas normal yang seharusnya dimiliki oleh bayi usia 3 bulan 17 hari. Berarti
ada kemungkinin ASI yang diberikan kurang mencukupi sehingga BB tidak mencapai
batas normal yang seharusnya.
REFERENSI
·
Soetjiningsih,SpAK
dr. : TUMBUH KEMBANG ANAK. EGC
·
Ny.
Djauhariah A. Madjid dr. : DIKTAT PERINATOLOGI UNHAS
·
Aram M.
Dorothy. Speech and language disorder, in Berhrman RE and Vaughan VC. Nelson
textbook of Pediatric, 13 th Philadelphia.
·
Blager
BF, Speech and language evaluation in Frankenburg : Pediatric Development
Diagnosis 1 st ed Thieme Straton. New
York.
·
Klein
SK. Evaluation for suspected language disorder in preschool children, Pediatr
Clin North Am
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !