SKENARIO
Seorang
perempuan berusia 40 tahun dibawa ke RS dengan keluhan utama sakit kepala
kronis yang dialami sejak 6 bulan sebelumnya. Nyeri kepala terasa diseluruh kepala
semakin lama semakin berat. Sakit kepala terutama timbul pagi hari, terkadang
disertai muntah tanpa didahului mual. Sakit kepala dirasakan memberat saat
pasien mengedan, buang air besar dan batuk.
KLARIFIKASI
KATA KUNCI
·
Nyeri kepala
KLARIFIKASI
KATA SULIT
·
Seorang perempuan
berusia 40 tahun
·
Dialami sejak 6
bulan
·
Terutama timbul
pagi hari
·
Terkadang disertai
muntah memberat saat pasien mengedan, buang air besar dan batuk
·
Disertai muntah
tanpa didahului mual
·
Sakit epala kronis
·
Nyeri kepala
semakin lama semakin memberat
PERTANYAAN-PERTANYAAN
PENTING
1. Jelaskan definisi nyeri?
2. Jelaskan definisi nyeri kepala?
3. Jelaskan struktur anatomi kepala dan fisiologi nyeri kepala?
4. Jelaskan epidemiologi nyeri kepala?
5. Klasifikasi
nyeri kepala?
6. Jelaskan
bagaimana patomekanisme dan
nyeri kepala?
7. Jelaskan gambaran klinis dari nyeri kepala?
8. Jelaskan pemeriksaan penunjang apa yang digunakan untuk
menegakkan diagnosis nyeri kepala?
9. Jelaskan penatalaksanaan nyeri kepala?
10. Jelaskan prognosis nyeri kepala?
JAWABAN
PERTANYAAN
1. DEFENISI
NYERI
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yang sedang terjadi atau telah terjadi atau
yang digambarkan dengan kerusakan jaringan.
Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan
yang sering didapatkan dalam klinik, walaupun istilah ³sakit´ ini tampaknya
sulit didefinisikan. Persepsi tiap orang akan berbeda ± beda, karena keluhan
ini berasal dari pengalaman subjektif seseorang yang sulit dilakukan
pengukurannya. Reaksi dan sikap individu terhadap stimulasi yang identik yang
menyebabkan sakit akan berbeda pula. Oleh karena itu, dokter pemeriksa
diharapkan pada tugas untuk mendapatkan informasi yang selengkap mungkin dari
pasien dan juga harus dapat membayangkan bagaimana pasien bereaksi terhadap
rasa sakitnya itu.
Ada banyak rasa sakit yang dijumpai
pada pasien salah satunya adalah sakit kepala. Sakit kepala adalah rasa sakit
atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala yang berasal dari struktur
sensitif terhadap rasa sakit ( sumber : Neurology and neurosurgery illustrated Kenneth).
2. DEFENISI
NYERI KEPALA
Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau
nyeri, termasuk rasa tidak nyaman yang mnyerang daerah tengkorak (kepala) mulai
dari kening kearah atas dan belakang kepala. dan daerah wajah.
nyeri
kepala / sefalgia : keluhan subyektif
- sukar dibuat definisi yang tepat
- hampir semua orang pernah mengalaminya
- dikeluhkan pasien sebagai kepala berat
; kepala mau pecah; pusing;
- dapat timbul bila ada kelainan dalam : otak,
tengkorak,
struktur2 luar tengkorak
- dapat pula akibat penyakit : influenza,
sinus paranasalis, dll, sefalgia akan hilang setelah penyebabnya diobati.
- yang menjadi problem : bila sefalgia mrp
keluhan tunggal
3. ANATOMI DAN FISIOLOGY NYERI KEPALA DAN
LEHER YANG TERKAIT NYERI
Anatomi
Sebelum membahas anatomi sakit kepala,
akan membahas anatomi otak secara garis besar terlebih dahulu. Walaupun
merupakan keseluruhan fungsi, otak disusun menjadi beberapa daerah yang
berbeda. Bagian ± bagian otak dapat secara bebas dikelompokkan ke dalam
berbagai cara berdasarkan perbedaan anatomis, spesialisasi fungsional, dan
perkembangan evolusi.
Otak terdiri dari (1) batang otak
terdiri atas otak tengah, pons, dan medulla, (2) serebelum, (3) otak depan
(forebrain) yang terdiri atas diensefalon
dan serebrum. Diensefalon terdiri dari hipotalamus dan talamus. Serebrum
terdiri dari nukleus basal dan
korteks serebrum.
Masing ± masing bagian otak memiliki fungsi tersendiri. Batang otak berfungsi sebagai berikut: (1) asal dari sebagian
besar saraf kranialis perifer, (2) pusat pengaturan
kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan, (3) pengaturan refleks otot yang
terlibat dalam keseimbangan dan postur, (4) penerimaaan dan
integrasi semua masukan sinaps dari korda spinalis;
keadaan terjaga dan pengaktifan korteks serebrum, (5)
pusat tidur. Serebellum berfungsi untuk memelihara keseimbangan, peningkatan tonus otot, koordinasi dan perencanaan aktivitas otot
volunter yang terlatih.
a. hipotalamus
Hipotalamus berfungsi sebagai berikut: (1) mengatur banyak fungsi homeostatik, misalnya kontrol suhu, rasa haus,
pengeluaran urin, dan asupan makanan, (2) penghubung
penting antara sistem saraf dan endokrin, (3) sangat terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar. Talamus berfungsi sebagai stasiun pemancar untuk
semua masukan sinaps, kesadaran kasar terhadap sensasi, beberapa tingkat
kesadaran, berperan dalam kontrol motorik.
b. Nukleus basal
Nukleus basal berfungsi untuk inhibisi tonus otot, koordinasi gerakan
yang lambat dan menetap,
penekanan pola ± pola gerakan yang tidak berguna.
c.
Korteks serebrum
Korteks serebrum
berfungsi untuk persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat
pribadi, proses mental canggih misalnya berpikir, mengingat, membuat
keputusan, kreativitas dan kesadaran diri.
Korteks serebrum dapat dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus
frontalis, lobus, parietalis,
lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Masing ± masing lobus ini memiliki
fungsi yang berbeda ± beda.
Struktur peka
nyeri pada extra Dan intra cranium
* Struktur peka nyeri extra cranium :
q kulit kepala, periosteum,
q arteri2 (a. frontalis,
a.temporalis, a.occipitalis);
q saraf2 (n.frontalis, n.temporalis,
n.occipitalis mayor / minor)
q otot2 (m.frontalis, m.temporalis,
m.occipitalis)
* Struktur peka nyeri intracranium :
Ò duramater (spjg a.meningeal, sekitar sinus
venosus, basis cranii, dan tentorium serebelli)
Ò leptomenings sekitar arteri besar di basis
cranii
Ò bag. Prox atau basal arteri, vena, saraf,
tertentu (V, VII, IX, Nn. Spinales)
Struktur yang
tidak peka terhadap nyeri :
Ò tulang kepala,
parenchym otak, ependym ventrikel, plexus choroideus, sebagian besar duramater
dan piamater yang meliputi konveksitas otak.
Nyeri
kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminoservikalis
yang merupakan nosiseptif yang penting untuk kepala, tenggorokan dan
leher
bagian atas. Semua aferen nosiseptif dari saraf trigeminus, fasial,
glosofaringeus, vagus, dan saraf dari C1 ± 3 beramifikasi pada grey
matter area
ini. Nukleus trigeminoservikalis terdiri dari tiga bagian yaitu pars
oralis
yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif dari
regio
orofasial, pars interpolaris yang berhubungan dengan transmisi sensasi
taktil diskriminatif seperti sakit gigi, pars kaudalis yang berhubungan
dengan
transmisi nosiseptif dan suhu.
Terdapat over lapping dari proses ramifikasi pada nukleus ini seperti
aferen dari C2 selain beramifikasi ke C2, juga beramifikasi ke C1 dan C3. Selain itu, aferen C3 juga akan beramifikasi ke C1 dan C2. Hal ini lah yang menyebabkan
terjadinya nyeri alih dari pada kepala dan leher bagian
atas.
Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio fronto orbital
dari kepala dan yang jarang
adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus maksiliaris dan mandibularis. Ini disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau
hanya sedikit yang meluas ke arah kaudal. Lain halnya
dengan saraf oftalmikus dari
trigeminus. Aferen saraf ini meluas ke pars kaudal.
Saraf trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2, dan V3. V1 ,
oftalmikus, menginervasi daerah orbita dan mata, sinus frontalis,
duramater dari fossa kranial dan falx cerebri serta pembuluh darah yang
berhubungan dengan bagian duramater ini.
V2, maksilaris, menginervasi daerah hidung, sinus paranasal,
gigi bagian atas, dan duramater bagian fossa kranial medial. V3, mandibularis,
menginervasi daerah duramater bagian fossa cranial medial, rahang bawah dan
gigi, telinga, sendi temporomandibular dan otot menguyah (lihat gambar 3).
Selain saraf trigeminus terdapat saraf kranial VII, IX, X
yang innervasi meatus auditorius eksterna dan membran timfani. Saraf kranial IX
menginnervasi rongga telinga tengah, selain itu saraf kranial IX dan X
innervasi faring dan laring.
Servikalis yang terlibat dalam sakit kepala adalah C1, C2,
dan C3. Ramus dorsalis dari C1 menginnervasi otot suboccipital triangle -
obliquus superior, obliquus inferiorda n
rectus capitis posterior majorda n minor. Ramus dorsalis dari C2 memiliki
cabang lateral yang masuk ke otot leher superfisial posterior, longis simus capitisda n splenius sedangkan
cabang besarnya bagian medial menjadi greater occipital nerve. Saraf ini
mengelilingi pinggiran bagian bawah dari obliquus inferior, dan
balik ke bagian atas serta ke bagian belakang melalui semispinalis capitis,
yang mana saraf ini di suplai dan masuk ke kulit kepala melalui lengkungan yang
dikelilingi oleh superior nuchal line dan the aponeurosis of trapezius. Melalui
oksiput, saraf ini akan bergabung dengan saraf lesser occipital yang mana
merupakan cabang dari pleksus servikalis dan mencapai kulit kepala melalui
pinggiran posterior dari sternokleidomastoid. Ramus dorsalis dari C3 memberi
cabang lateral ke\
longissimus capitisda n splenius. Ramus ini membentuk 2 cabang medial.
Cabang superfisial medial adalah nervus oksipitalis ketiga yang mengelilingi
sendi C2-3 zygapophysial bagian
lateral dan posterior
Daerah
sensitif terhadap nyeri kepala dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu intrakranial
dan ekstrakranial. Intrakranial yaitu sinus venosus, vena korteks serebrum,
arteri basal, duramater bagian anterior, dan fossa tengah serta fossa
posterior. Ektrakranial yaitu pembuluh darah dan otot dari kulit kepala, bagian
dari orbita, membran mukosa dari rongga nasal dan paranasal, telinga tengah dan
luar, gigi, dan gusi. Sedangkan daerah yang tidak sensitif terhadap nyeri
adalah parenkim otak, ventrikular ependima, dan pleksus koroideus.
Fisiology nyeri kepala
Nyeri
(sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat bila ada
jaringan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah, seorang
individu akan bereaksi dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut.
Rasa
nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus
nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia.
Mekanik, spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat
mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan ( iskemia jaringan),
meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke reseptor
nyeri sensitif mekanik.
Termal,
rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan
jumlah kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan
kerusakan jaringan yang timbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri
lainnya yang bukan termal seperti infeksi, iskemia jaringan, memar jaringan,
dll. Pada suhu 45 C, jaringan ± jaringan dalam tubuh akan mengalami kerusakan
yang didapati pada sebagian besar populasi.
Kimia,
ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin,
serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Dua
zat lainnya yang diidentifikasi adalah prostaglandin dan substansi P yang
bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve endings. Prostaglandin
dan substansi P tidak langsung merangsang
nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah
dikenal sebagai penyebab utama yang menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan
dengan zat lain. Kadar ion kalium yang meningkat dan enzim proteolitik lokal
yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri yang sirasakan karena kedua
zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih permeabel terhadap ion.
Iskemia jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaan iskemia
terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin, dan enzim proteolitik.
Semua
jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri
banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal
tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan
tentorium. Kebanyakan jaringan internal lainnya hanya diinervasi oleh free
nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ internal
umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan
dirasakan sebagaisl ow ± chronic- aching type pain.
Nyeri
dapat dibagi atas dua yaitu fast pain dan slow pain. Fast pain, nyeri akut,
merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus diberikan.
Nyeri ini disebabkan oleh adanya stimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini
ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat A dengan kecepatan mencapai 6 ± 30
m/s. Neurotransmitter yang mungkin digunakan adalah glutamat yang juga
merupakan neurotransmitter eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS. Glutamat
umumnya hanya memiliki durasi kerja selama beberapa milliseconds.
Slow pain,
nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam wkatu lebih dari 1 detik
setelah stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya stimulus
mekanik, kimia dan termal tetapi stimulus yang paling sering adalah stimulus
kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis
melalui serat C dengan kecepatan mencapai 0,5 ± 2 m/s. Neurotramitter yang
mungkin digunakan adalah substansi P.
Meskipun
semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur yang
ditempuh
dapat dibagi menjadi duapat hway yaitufast-sharp pain pathway dansl ow-
chronic
pain pathway. Setelah mencapai korda spinalis melalui dorsal spinalis, serat
nyeri ini akan berakhir pada relay neuron pada kornu dorsalis dan selanjutnya
akan dibagi menjadi dua traktus yang selanjutnya akan menuju ke otak. Traktus itu
adalah neospinotalamikus untukfast pain dan paleospinotalamikus untuk slow pain.
Traktus
neospinotalamikus untukfast pain, pada traktus ini, serat A yang mentransmisikan nyeri akibat
stimulus mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I (lamina marginalis)
dari kornu dorsalis dan mengeksitasis econd - or der neurons dari traktus
spinotalamikus. Neuron ini memiliki serabut saraf panjang yang menyilang menuju
otak melalui kolumn anterolateral. Serat dari neospinotalamikus akan berakhir
pada: (1) area retikular dari batang otak (sebagian kecil), (2) nukleus talamus
bagian posterior (sebagian kecil), (3) kompleks ventrobasal (sebagian besar).
Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga
berakhir pada daerah ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima
akan memungkinkan otak untuk menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut
diberikan.
Traktus
paleospinotalamikus untuk slow pain, traktus ini selain mentransmisikan sinyal
dai serat C, traktus ini juga mentransmisikan sedikit sinyal dari serat A. Pada traktus ini , saraf perifer
akan hampir seluruhnya nerakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya
digabungkan, sering disebut dengan substansia gelatinosa. Kebanyakan sinyal
kemudian akan melalui sebuah atau beberapa neuron pendek yang menghubungkannya
dengan area lamina V lalu kemudian kebanyakan serabut saraf ini akan bergabung
dengan serabut saraf darif ast- sharp pain pathway. Setelah itu, neuron
terakhir yang panjang akan menghubungkan sinyal ini ke otak pada jaras
anterolateral.
Ujung
dari traktus paleospinotalamikus kebanyakan berakhir pada batang otak dan hanya
sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akan langsung diteruskan ke
talamus. Kebanyakan sinyal akan berakhir pada salah satu tiga area yaitu : (1)
nukleus retikularis dari medulla, pons, dan mesensefalon, (2) area tektum dari
mesensefalon, (3) regio abu ± abu dari peraquaductus yang mengelilingi
aquaductus Silvii. Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe
nyeri. Dari area batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan
sinyal ke arah atas melalui intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus
dan ke area tertentu dari hipotalamus dan bagian basal otak.
1. EPIDEMIOLOGI NYERI KEPALA
Populasi penelitian adalah sampel acak dari 1.000 pria dan
wanita berusia 25-64. Tingkat partisipasi 76%. prevalensi dari berbagai bentuk
sakit kepala yang dinilai dan penelitian menyediakan data deskriptif tentang
simtomatologi, menyebabkan faktor, dampak dari hormon wanita, penggunaan
pelayanan medis dan konsekuensi kerja dari gangguan sakit kepala dan
menjelaskan berbagai faktor yang terkait dengan gangguan. Hanya separuh dari
migraineurs dan seperenam dari subyek dengan sakit kepala tipe tegang
berkonsultasi praktisi umum mereka karena sakit kepala dan bahkan kurang
berkonsultasi dengan seorang spesialis. Angka ini mencerminkan konsultasi
pemilihan kasus yang mungkin bias studi pada populasi klinik. Studi ini
mendukung gagasan bahwa migrain dan sakit kepala ketegangan-tipe entitas klinis
terpisah dan bahwa migrain tanpa aura dan migrain dengan aura yang berbeda
subforms migrain. Migraine dan sakit kepala ketegangan-tipe seks dan gangguan
tergantung usia dengan jumlah lebih besar wanita dan prevalensi rendah pada
kelompok umur yang lebih tua. Terkonsentrasikannya perempuan dapat dijelaskan
oleh faktor-faktor klinis yang terkait dengan hormon wanita. Tidak ada bukti
jelas adanya hubungan antara variabel sosiodemografi dan migrain atau sakit
kepala tipe tegang. Ketegangan-jenis sakit kepala terkait dengan serangkaian
variabel psikososial sementara migrain tidak. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa migrain terutama kelainan konstitusional dan sakit kepala
ketegangan-jenis fenomena yang lebih kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor psikososial. Keterbatasan data cross-sectional menunjukkan faktor risiko
dengan pasti cukup tertekan. studi longitudinal tindak lanjut adalah tantangan
yang paling penting dalam penelitian epidemiologi sakit kepala masa depan.
2. KLASIFIKASI
NYERI KEPALA
Sakit
kepala dapat diklasifikasikan menjadi sakit kepala primer, sakit kepala
sekunder, dan neuralgia kranial, nyeri fasial serta sakit kepala lainnya. Sakit
kepala primer dapat dibagi menjadimi gr ai ne, tension type headache, cluster headache dengan sefalgia
trigeminal / autonomik, dan sakit kepala primer lainnya. Sakit kepala sekunder
dapat dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada
kepala dan leher, sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial dan servikal,
sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular intrakranial, sakit kepala
akibat adanya zat atau withdrawal,
sakit kepala akibat infeksi, sakit kepala akibat gangguan homeostasis, sakit
kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium, leher, telinga, hidung,
dinud, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala akibat
kelainan psikiatri
KLASSIFIKASI :
The Internatinal Headache Society (1988)
The Internatinal Headache Society (1988)
1. nyeri kepala tegang episodik
a.
berhubungan dengan gangguan otot
perikranial
b.
tak berhubungan dengan gangguan
otot perikranial
2. nyeri kepala tegang otot kronis
a.
berhubungan dengan gangguan otot
perikranial
b.
tak berhubungan dengan gangguan
otot perikranial
3. nyeri kepala tegang otot yang tidak
terklassifikasikan
Klasifikasi :
the internatinal headache society (2004)
the internatinal headache society (2004)
1. infrequent episodic tension type
headache (ietth)
–
minimal terdapat 10 episode
serangan dalam <1 hari /bulan (<12 hari tahun)
–
nyeri kepala berakhir dalam 30
menit - 7 hari
–
bilateral, menekan, mengikat,
tidak berdenyut
–
sifat nyeri ringan sampai sedang
–
tdak ada mual / muntah
–
mungkin ada fonofobia / fotofobia
–
tidak ada hubungan dengan penyakit
nk lain
• 1.1
ietth associated with pericranial
tenderness
–
episode sesuai ietth
–
disertai nyeri tekan yg bertambah
daerah perikranial pada palpasi manual
• 1.2
ietth not associated with pericranial tenderness
–
episode sesuai ietth
–
tanpai nyeri tekan yg bertambah
daerah perikranial pada palpasi manual
2. probable tension type headache (ptth)
– memenuhi
kriteria tth akan tetapi kurang satu kriteria untuk tth bercampur dengan salah
satu kriteria probable migren
• 2.1
probable inrequent episodic tension t.headache
– episode
memenuhi kriteria etth akan tetapi kurang satu kriteria saja dari point 1.1 dan
tidak memenuhi kriteria migrentanpa aura, dan tidak ada hubungan nk lain
• 2.2
probable frequent episodic tension t.headache
– episode
memenuhi kriteria etth akan tetapi kurang satu kriteria saja dari point 1.2 dan
tidak memenuhi kriteria migrentanpa aura, dan tidak ada hubungan nk lain
• 2.3
probable inrequent episodic tension t.headache
– nk
berlangsung > 15 hr/bulan selama >3 (atau >180 hr/th)
– nk
berlangsung selama sekian jam atau kontinyu
– bilateral,
rasa menekan, mengikat,
– intensitas
ringan sampai sedang
– tidak ada
mual / muntah yang berat
– mungkin
ada fotofobia / fonofobia
– tdk ada
hub.nya n lain minimal 2 bln terakhir
PATOMEKANISME NYERI KEPALA
Nociseptor yang diterima reseptor2 di kulit, pembuluh darah,
visera, muskulusskeletal,dan lain-lain, jalannya sebagai berikut : reseptor–
syaraf tepi — medulla spinalis– thalamus–korteks. Dari sini baru ada reaksi
emosi – psikis- motorik tanpa ada modulasi, sedangkan dalam perjalanan hanya kesan
sensorik.
Batasan sekarang : nyeri adalah pengalaman subjektif, sangat pribadi dipengaruhi oleh pendidikan, budaya, makna situasi dan kognitif ( menurut Bonica,Melzack).
Batasan sekarang : nyeri adalah pengalaman subjektif, sangat pribadi dipengaruhi oleh pendidikan, budaya, makna situasi dan kognitif ( menurut Bonica,Melzack).
Ada
beberapa teori mengenai mekanisme nyeri kepala :
- Teori Melzack & Wall (1985) : “ Teori gerbang nyeri “ bahwa : Nyeri diteruskan dari perifer melalui saraf kecil A delta dan C rasa raba, mekanik dan termal melalui A delta A beta dan C ( serabut besar, kecepatan hantar serabut besar lebih tinggi dari serabut kecil ). Disubstamtia Gelatinosa (SG) ada sel-sel gerbang yang dapat bekerja menutup dan membuka sel T (targaet). Serabut besar aktif merangsang sel gerbang di SG, sel gerbang aktif dan sel T tertutup, maka nyeri tidak dirasa. Serabut kecil aktif, sel SG tidak aktif, dan sel T terbuka maka nyeri dirasa. Bila dirangsang bersama-sama, misal antara rasa raba, mekanik,vibrasi,dll dengan rangsang nyeri maka nyeri tidak dirasa (seperti pada teknik tens, DCS, koyo-koyo, dll.) Didapatkan kontrol desenden ke medulla spinalis dari pusat2 supra spinal (emosi,pikiran, dll).
- Teori Melzack & Wall (1985) : “ Teori gerbang nyeri “ bahwa : Nyeri diteruskan dari perifer melalui saraf kecil A delta dan C rasa raba, mekanik dan termal melalui A delta A beta dan C ( serabut besar, kecepatan hantar serabut besar lebih tinggi dari serabut kecil ). Disubstamtia Gelatinosa (SG) ada sel-sel gerbang yang dapat bekerja menutup dan membuka sel T (targaet). Serabut besar aktif merangsang sel gerbang di SG, sel gerbang aktif dan sel T tertutup, maka nyeri tidak dirasa. Serabut kecil aktif, sel SG tidak aktif, dan sel T terbuka maka nyeri dirasa. Bila dirangsang bersama-sama, misal antara rasa raba, mekanik,vibrasi,dll dengan rangsang nyeri maka nyeri tidak dirasa (seperti pada teknik tens, DCS, koyo-koyo, dll.) Didapatkan kontrol desenden ke medulla spinalis dari pusat2 supra spinal (emosi,pikiran, dll).
- Konsep II: “Central Biasing
mekanism”
Diduga ada daerah batang otak jadi ”CBM” yang menyebarkan impuls nyeri keberbagai tempat diotak dan dapat menimbulkan inhibisi ke medulla spinalis. Ternyata formatioreticularis peri-acuaductus dan peri-ventriculer kaya akan reseptor2 morpin dan serotonin.
Diduga ada daerah batang otak jadi ”CBM” yang menyebarkan impuls nyeri keberbagai tempat diotak dan dapat menimbulkan inhibisi ke medulla spinalis. Ternyata formatioreticularis peri-acuaductus dan peri-ventriculer kaya akan reseptor2 morpin dan serotonin.
- Konsep III ; Pembangkit
pola
Bila nyeri khronik telah membuat pola (gambar diotak), yang dapat dicetuskan oleh input sensorik lain.
Bila nyeri khronik telah membuat pola (gambar diotak), yang dapat dicetuskan oleh input sensorik lain.
GAMBARAN KLINIS
·
Nyeri
kepala berdenyut yang bersifat unilateral tetapi dapat bilateral atau ganti
sisi
·
Serangan
nyeri kepala yang timbul secara tiba – tiba dan biasanya unilateral
·
Lamanya
serangan antara 4 – 24 jam atau bisa lebih
·
Intensitas
nyeri sedang – berat
·
Gejala
penyerta : mual, muntah, wajah pucat, tinitus.
·
Nyeri
dirasakan sebagai nyeri kepala yang berdenyut-denyut, menusuk-nusuk, dan rasa
kepala mau pecah
·
Anoreksia mual, muntah, takut cahaya, atau kelainan
otonom lainnya
PEMERIKSAAN UNTUK NYERI KEPALA
-
Pemeriksaan fisik :
Dilakukan lengkap : pemeriksaan umum, internus dan neurologik. Pemeriksaan lokal kepala, nyeri tekan didaerah kepala, gerakan kepala ke segala arah, palpasi arteri temporalis,spasme otot peri-cranial dan tengkuk, bruit orbital dan temporal.
- Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu mendiagnosa nyeri kepala seperti :
1. Foto Rongten kepela
2. EEG
3. CT-SCAN
4. Arteriografi, Brain Scan Nuklir
5. Pemeriksaan laboratorium(Tidak rutin atas indikasi)
6. Pemeriksaaan psikologi (jarang dilakukan).
Dilakukan lengkap : pemeriksaan umum, internus dan neurologik. Pemeriksaan lokal kepala, nyeri tekan didaerah kepala, gerakan kepala ke segala arah, palpasi arteri temporalis,spasme otot peri-cranial dan tengkuk, bruit orbital dan temporal.
- Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu mendiagnosa nyeri kepala seperti :
1. Foto Rongten kepela
2. EEG
3. CT-SCAN
4. Arteriografi, Brain Scan Nuklir
5. Pemeriksaan laboratorium(Tidak rutin atas indikasi)
6. Pemeriksaaan psikologi (jarang dilakukan).
9.
PENATALAKSANAAN
NYERI KEPALA
1. pengobatan
proses dasar atau kelainan fisiologik spesifik (kausa etiologi,patogenesa),
missal antibiotik untuk infeksi, spasmolitik untuk kolik, ergot untuk migren,
dll termasuk pembedahan bila diperlukan.
2
pengobatan
psikologik/psikiatrik dan atau psikotropik yang bertujuan untuk : menolong
penderita untuk menyesuaikan diri dengan stress akibat nyeri, dan mengobati
faktor2 [sikologik yang mnyebabkan atau mengkambuhkan nyeri..
3
terapi medikamentosa berupa analgetik untuk
pengobatan simptomatik nyeri,
apabila pengobatan spesifik tidak ada atau kurang memadai
4
terapi2 dengan metoda
fisik yang sifatnya simptomatik apabila pengobatan 1,2, dan 3 kurang memadai
atau dianggap gagal..
PROGNOSIS NYERI KEPALA
Prognosis
dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan
indikasi merujuk adalahsebagai berikut:
(1)
sakit kepala yang tiba ± tiba dan timbul
kekakuan di leher,
(2)
sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran,
(3)
sakit kepala setelah terkena
trauma mekanik pada kepala,
(4)
sakit kepala disertai sakit pada
bagian mata dan telinga,
(5)
sakit kepala yang menetap pada pasien yang
sebelumnya tidak pernah mengalami serangan,
(6)
sakit kepala yang rekuren pada anak.
INFORMASI TAMBAHAN
PATOFISIOLOGI NYERI KEPALA
Struktur-struktur yang peka terhadap nyeri kepala :
A. Jaringan2 yang menutupi tengkorak, scalp( kulit, jaringan kulit areolar,periosteum),otot-otot kepala, mata, hidung, telinga, gigi geligi dll.
A. Jaringan2 yang menutupi tengkorak, scalp( kulit, jaringan kulit areolar,periosteum),otot-otot kepala, mata, hidung, telinga, gigi geligi dll.
B. Beberapa struktur
intra cranial:
a. saraf2 otak(N.cranial),
b. saraf2 spinal: C1,C2 dan C3
c. arteri2 diotak dan duramater
d. vena2 dan sinus2 dipermukaan otak
e. duramater didasar otak
a. saraf2 otak(N.cranial),
b. saraf2 spinal: C1,C2 dan C3
c. arteri2 diotak dan duramater
d. vena2 dan sinus2 dipermukaan otak
e. duramater didasar otak
Struktur2 tidak peka terhadap nyeri kepala :
1. Cranium
2. otak (hampir seluruhnya)
3. sebagian besar dura
4. pleksus khoroidalis
5. dinding ependym ventrikel
1. Cranium
2. otak (hampir seluruhnya)
3. sebagian besar dura
4. pleksus khoroidalis
5. dinding ependym ventrikel
Diduga hanya mekanisme perifer saja (nyeri perifer) sebagai
penyebab nyeri kepala, tetapi Raskin(1988) menemukan kemungkinan nyeri sentral
dapat sebagai penyebab nyeri kepala.
Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab
memicu nyeri kepala adalah sebagai berikut(Lance,2000) :
(1) peregangan atau pergeseran pembuluh darah; intrakranium
atau ekstrakranium,
(2) traksi pembuluh darah,
(3) kontraksi otot kepala dan leher ( kerja berlebihan
otot),
(3) peregangan periosteum (nyeri lokal),
(4) degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada
akar nervus servikalis (misalnya, arteritis vertebra servikalis), defisiensi
enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan aktif pada endorfin).
KESIMPULAN
Nyeri kepala merupakan keluhan
yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari; sekalipun demikian, jarang yang
disebabkan oleh kelainan struktural otak.
Bila anamnesis/riwayat penyakitnya sesuai dengan
salah satu jenis nyeri kepala, dan pemeriksaan fisik dan neurologik tidak
menemukan kelainan, umumnya tidak diperlukan peme- riksaan tambahan.
Pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan
radiologik (foto Röntgen kepala, CT scan),
pemeriksaan elektro- fisiologik (EEG, EMG, potensial cetusan) atau pemeriksaan
laboratorium lain dilakukan hanya bila terdapat kecurigaan ada- nya
penyakitlgangguan struktural otak atau penyakit sistemik yang mendasarinya.
Diagnosis umumnya ditegakkan
terutama berdasarkan anainnesis;pemeriksaan fisik dan neurologik dilakukan
untuk mendeteksi adanya kelainan yang
(mungkin) mendasari keluhan Tersebut. Keluhan nyeri kepala yang perlu
diwaspadai ialah yang
berubah sifatnya dan keluhan sebelumnya, yang
progresif, di- sertai dengan gejala (neurologik) lain dan yang disertai gejala-
gejala sistemik. Dalam kaitan ini, perlu selalu diingat bahwa seseorang yang telah diketahui menderita (salah satu
jenis) nyeri kepala selama bertahun-tahun, suatu saat dapat terkena gangguan
lain
yang salah satu gejalanyajuga berupa nyeri kepala;
oleh karena itu harus diwaspadai, terutama pada orang-orang yang meng-alami
perubahan sifat nyeri kepalanya danlatau yang disertai gangguan neurologik.
DAFTAR
PUSTAKA
M.mardjono
dan P.sidarta.neurologi dasar klinis.
Guyton
dan hall.fisiologi kedokteran.
Prof.dr.priguna
sidharta,MD.Ph.D.neurologi klinis dalam praktek umum.PT.dian rakyat.2004-2005.
(kapita selekta kedokteran edisi3, jilid 2 dan kapita
selekta neurologi edisi 2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar