Headlines News :
Home » , , » Mengenal Adat-istiadat dan Tradisi Penduduk Pulau Bintan

Mengenal Adat-istiadat dan Tradisi Penduduk Pulau Bintan

Written By catatan-sugasetya on Senin, 08 Juli 2013 | 15.57



Pulau Bintan adalah salah satu pulau yang terdapat dalam gugusan kepulauan Riau. Bintan merupakan pulau terbesar di antara pulau-pulau di kepulauan Riau. Pulau Bintan adalah gerbang masuk perdagangan dan kota yang penting di pesisir Sumatra bagian timur setelah kota Palembang dan kota Medan.

Pulau Bintan telah menjadi pusat kegiatan perdagangan sejak zaman kerajaan Melayu Riau. Menilik sejarahnya sebagai pusat pemerintahan kerajaan Melayu Riau, sejak dahulu kebudayaan dan adat-istiadat yang berkembang di pulau ini adalah budaya Melayu. Letaknya yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia menjadikan pulau Bintan adalah daerah yang strategis. Budaya pun berkembang seiring dengan lalu-lintas perdagangan yang ramai.

Budaya Melayu yang telah ada dan berkembang sejak lama hingga kini masih dijaga dengan baik oleh penduduk Bintan. Masyarakat Melayu sangat menjunjung tinggi adat yang bersumberkan dari nilai-nilai agama. Agama Islam adalah agama yang dianut oleh masyarakat Melayu di Bintan. Tradisi-tradisi Islam sangat kental dalam budaya masyarakat Melayu Pulau Bintan.

Tradisi dan adat-istiadat yang masih dipegang teguh hingga kini adalah mengenai adab kepada orang tua, sikap hidup bergotong-royong dalam masyarakat dan perilaku kehidupan yang harus selalu berpegang pada nilai agama. Perayaan-perayaan yang berhubungan dengan hari besar Islam dilakukan setiap tahun dengan meriah. Tradisi masyarakat Melayu yang religius menjadi ciri utama adat-istiadat yang terdapat di Pulau Bintan.

Secara historis, penduduk Pulau Bintan dalam kekuasaan kerajaan Melayu Riau berperan penting dalam pengembangan bahasa Indonesia yang kita gunakan saat ini. Disebutkan, bahasa Indonesia yang ada saat ini cikal-bakalnya adalah bahasa Melayu yang digunakan oleh masyarakat pulau Bintan. Bahasa yang digunakan masyarakat Pulau Bintan adalah bahasa Melayu Riau. Hingga kini bahasa tersebut masih digunakan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari.

Penduduk Pulau Bintan adalah masyarakat Melayu yang religius. Nilai-nilai agama Islam diterapkan dalam setiap lini kehidupan sehari-hari. Dalam setiap kelahiran, rasa syukur dihaturkan kepada sang pencipta dan dilakukan pemotongan kambing pada acara Aqiqahan. Bagi anak-anak diwajibkan mengikuti pelajaran mengaji Al Quran. Jika telah selesai atau khatam dalam membaca kitab Al Quran, dilakukan acara Khataman yang mengundang sanak saudara dan tokoh agama sebagai wujud rasa syukur telah berhasil menyelesaikan membaca kitab suci umat Islam tersebut. Bagi orang Islam, ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang harus dilaksanakan bagi mereka yang mampu. Di Bintan, masyarakatnya telah beribadah haji sejak zaman kerajaan. Memberangkatkan haji atau mengantar calon haji ke tanah suci masih dilakukan dalam acara yang digelar meriah hingga kini. Dalam acara pamitan calon haji ini seluruh keluarga, sanak saudara, kerabat, dan tetangga hadir untuk melepas kepergian calon haji ke tanah suci. Jika telah selesai ibadah berhaji dan tiba di rumah, syukuran pun kembali di gelar. Orang yang baru saja pulang menunaikan ibadah haji rumahnya akan ramai dikunjungi tamu untuk meminta doa sekaligus untuk bersilaturahim. Hingga kini tradisi ini masih terjaga dengan baik dalam masyarakat Pulau Bintan.

Pada perayaan hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Idul Fitri, Idul Adha juga dirayakan dengan meriah. Selain berisi kegiatan seperti pengajian, dalam acara perayaan hari besar Islam juga ditampilkan kesenian-kesenian daerah khas Melayu yang juga bernafaskan Islam. Bidang seni budaya tradisional masyarakat Melayu sangat kental dengan nuansa Islam.

Dalam bidang seni kesusteraan, Pulau Bintan adalah salah satu pusat kebudayaan sastra Melayu. Gurindam dua belas raja Haji Ali adalah gurindam terkenal hasil budaya kesusasteraan Melayu yang berasal dari Melayu Riau. Begitu juga pantun. Pantun sangat populer di Pulau Bintan, bahkan ada yang menyebut Bintan sebagai negeri pantun. Pantun masih digunakan hingga kini terutama dalam acara-acara perayaan tradisional seperti pada pernikahan.

Pulau Bintan adalah salah satu pusat perkembangan kesusasteraan Melayu yang penting. Dari Pulau inilah kebudayaan Melayu melalui seni sastranya menyebar ke seantero nusantara. Sastra Melayu merupakan salah satu tonggak terpenting sastra budaya daerah yang mampu berkembang dan bertahan hingga kini. Dari budaya sastra Melayu inilah telah menyumbangkan pengaruh besar bagi berkembangnya sastra Indonesia secara luas. Jadi, dapat dikatakan budaya sastra Melayu yang berasal dari Pulau Bintan adalah salah satu sumber bagi berkembangnya sastra nasional Indonesia.

Penduduk Pulau Bintan adalah masyarakat Melayu yang religius. Masyarakatnya sangat ramah dan terbuka menerima pendatang. Jadi, anda ingin mengetahui budaya Melayu yang sangat kental, anda bisa mengunjungi Pulau Bintan.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Tentang Ku

Tujuh hal yang akan menghancurkan kita; kekayaan tanpa kerja, pengetahuan tanpa kerja, bisnis tanpa moralitas, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan, politik tanpa prinsip.

Entri Populer

Recent Post

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Sugasetya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger